Menurut Easton
sebagaimana teori sistem pada umumnya bahwa sistem politik tidak bisa steril dari pangaruh yang menggangu berjalannya sistem
politik tersebut, gangguan itu datangnya
bisa dari dalam atau dari luar sistem politik. Dalam ketiga bab ini (VI, VII
dan VIII) Easton menjelaskan bagaimana sebuah sistem politik bisa bertahan atau
tidak bisa bertahan, ketika menghadapi pengaruh, gangunan dan tekanan, sehingga
keberlangsungan alokasi nilai-nilai otoritatif dari sistem politik dapat terus
berjalan atau berhenti sama sekali. Bagi Easton sumber tekanan yang
mempengaruhi berkerjanya sebuah sistem politik tidak harus berupa
tekanan-tekanan politik yang besifat dramatis seperti revolusi sosial, perang
atau bencana alam, tapi terkadang sumber tekanan tersebut muncul dari kehidupan
politik yang terjadi setiap hari yang bekerja secara konstan. Tekanan terhadap
sistem politik akhirnya bisa menimbulkan berbagai ketegangan-ketegangan, dari
adanya ketegangan yang muncul, sistem politik dituntut harus bisa bertahan
dengan cara menyakinkan para anggotanya (masyarakat) untuk tetap terikat
terdapat alokasi nilai-nilai otoritatif.
Seperti
yang sudah diterangkan diatas tentang adanya tekanan yang dapat mempengaruhi
bekerjanya sistem politik, Easton menjelaskan bahwa tekanan itu bisa datang
dari dua arah, yaitu tekanan yang
datang dari dalam dan tekanan yang
datang dari luar sistem politik. Tekanan
dari dalam ialah tekanan yang muncul dari adanya hubungan-hubungan yang saling
kontradiktif antar anggota sistem politik, dengan adanya kontradiksi tersebut
otomatis jalanya sistem politik bisa terganggu dan apabila dibiarkan
berlarut-larut bisa mengancam stabilitas sistem politik yang sudah berjalan,
menurut Easton dalam sistem politik yang sudah mapan, penyelesaian kontradiksi
sudah diatur dalam mekanisme menajemen konflik, tapi apabila mekanisme tersebut
tidak bisa mencari solusi dari pertentangan yang ada, kekerasan dengan alat
pemaksa dari sistem politik tidak bisa dihindarkan, karena menurut Easton
sistem politik mempunyai kekuasaan yang legal sebagai alat pemaksa untuk
menjaga alokasi nilai otoritatif untuk para anggotanya. Biasanya di
negara-negara otoriter dengan adanya alat pemaksa, dengan pemberian sanksi
berupa kekerasan fisik, menjadi alat legalitas untuk menghentikan kontradiksi
antara pihak posisi dengan pemerintah di dalam sistem politiknya, mekanisme
pendekatan dialogis seperti yang dilakukan oleh negara-negara yang demokrasinya
sudah maju cenderung tidak digunakan, pendekatan dengan kekerasan fisik menjadi
pilihan untuk menjaga keberlangsungan sistem politik dinegaranya. Sedangkan tekanan
dari luar menurut Easton merupakan pengaruh-pengaruh dari lingkunganya, sistem
politik bisa mengalami kejatuhan secara keseluruhan, apabila anggota masyarakat
tidak bisa menyelesaikan kemelut yang luar biasa dalam sistem politik.
Menurut Easton
pengaruh dari adanya tekanan terhadap sistem politik mengakibatkan sistem
politik menjadi terbagi pada dua hal. Pertama,
sistem politik tersebut telah berubah, tapi terus berlangsung dengan wajah yang
lain dan Kedua, sistem politik
tersebut lenyap sama sekali. Sistem politik telah berubah ialah sistem politik
tersebut menunjukan keterlangsungan walupun telah mengalami perubahan, sedangkan
yang kedua, sistem politik itu dikatakan lenyap sama sekali, apabila sistem politik
tersebut telah hilang sama sekali serta alokasi nilai otoritatif tidak bisa ladi
dihasilkan oleh sistem tersebut. Dengan adanya fenomena berubah dan lenyapnya
sistem politik, akibat pengaruh serta tekanan (internal dan eksternal), Easton menyimpulakan
bahwa sistem politik tidaklah mungkin dapat menghindari atau mengisolasi dari
pengaruh dan tekanan dari dalam serta luar dirinya, walaupun ada beberapa
sistem politik dalam jangka waktu tertentu mampu
stabil dari berbagai pengaruh dan tekanan, tapi menurutnya dalam tingkat
tertentu sistem politik tersebut tidak akan mampu menghindari dari
kerusakan-kerusakan akibat perubahan-perubahan internal maupun eksternalnya. Intinya
menurut Easton dalam sebuah sistem politik, jika sistem itu ingin terus
berlanjut (hidup) maka ia harus bisa berubah
dan beradaptasi dengan fluktuasi
lingkunganya. Sebuah sistem politik tidak bisa terus berupaya menutup diri dan
berusaha meminimalisir kontradiksi didalamnya apalagi jalan dengan kekerasan.
Kemudian dalam Bab
VI saat Easton membandingakan perubahan sistem politik antara Amerika dan
Inggris, untuk mengilustrasikan bahwa sistem politik dimanapun pasti akan
senantiasa mengalami perubahan, menurutnya perubahan sistem politik di Amerika
dapat digambarkan sebagai sistem yang tetap tidak berubah selama beberapa
tahun, karena sistem politik Amerika sudah
ditata sedemikian rupa untuk dapat diproses selamanya, perubahan penting
yang berlangsung di dalam sistem politik tersebut tidaklah bententangan dengan
prinsip kontiyuitas. Menurut penulis sistem politik yang sudah ditata atau
dirancang di Amerika menunjukan fleksibelitas
dan akomodatifnya sistem politik
tersebut, ketika merespon pengaruh dan perubahan sekecilapapun yang terjadi
dilingkunganya, sehingga perubahan yang terjadi dalam sistem politik Amerika
berlangsung tetap, karena sifat perubahan sistem politiknya tidak mengalami
lompatan-lompatan ekstrem. Ini sangat berbeda dengan perubahan sistem di
Inggris yang melewati tahapan-tahapan perubahanya secara radikal, sehingga
bentuk asli sistem politik Inggris telah tergantikan dengan sistem politik baru
yang berbeda sama sekali dengan sebelumnya. Tapi Easton tidak menyebutkan bahwa
sistem politik Inggris telah lenyap seketika, baginya sistem politik Inggris masih
bisa dimasukan ke dalam kategori berlangsung terus menerus, walaupun telah
terjadi perubahan-perubahan besar, karena menurut Easton kita masih dapat
melacak hubungan seperangkat sistem yang ada sebelumnya secara historis dan
perubahan itu terjadi dalam rangka menyesuaikan diri dengan perkembangan
masyarakatya. Dengan dua ilustrasi perubahan sistem politik tersebut, Easton
ingin menunjukan bahwa sistem politik pasti akan mengalami perubahan-perubahan
karena pengaruh lingkunganya, walaupun sebuah sistem politik nampak stabil, perubahan dan adaptasi dari
sistem politik karena adanya pengaruh serta tekanan lingkunganya menjadi
keniscayaan sistem politik untuk terus menjaga kelangsungan hidupnya.
Kemudian Easton
menjelaskan bahwa selain mengikuti pengaruh serta tekanan supaya sistem politik
bisa terus persistensi, sistem
politik sebenarnya bisa juga melakukan perawatan
diri dengan mengatur diri sendiri, mengacu pada usaha mempertahankan
pola-pola hubungan antar anggota sistem politik, biasanya konsep pemeliharaan
sistem politik sangat berkaitan dengan penciptaan stabilitas, tapi usaha
perawatan diri sistem politik ini, menurut Easton dalam jangka waktu kedepan
sistem tersebut akan menemukan kesulitan-kesulitan berat dalam menghadapi
kehidupanya. Karena dalam sistem tradisional yang sangat tertutup sekalipun
relasi dengan budaya luar merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari, sudah
menjadi keniscayaan bahwa sebuah sistem akan bisa tetap eksis bila ia mampu
menyerap perubahan yang terjadi baik di dalam dan di luar dirinya.
Pada paragraf
lain Easton dalam bukunya, menjelaskan suatu sistem akan dapat bertahan apabila
para anggotanya mampu mengambil tindakan untuk mengatasi segala tekanan, karena
hakikatnya, tekanan tersebut sangat membahayakan kelangsungan suatu sistem
politik yanag akan mengakibatkan kerusakan total, apabila tekanan tersebut dibiarkan
terus berlangsung, dalam teori sistem politik Easton menyebutkan perlu adanya
pengaturan tekanan, sehingga sistem politik mempunyai kemampuan untuk bereaksi
kembali secara konstruktif sehingga
dapat menanggulangi ganguan-ganguan yang menimpanya.
Dalam Bab VII
Easton menjelaskan bahwa berbagai pengaruh serta tekanan yang mendekat pada
suatu sistem politik baik itu yang berasal dari lingkungan dan di dalam sistem
itu sendiri, akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sistem tersebut,
semua perubahan sosial menurutnya terjadi karena adanya faktor internal serta
eskternal yang berinteraksi denganya. Tapi yang menarik kemudian apa yang
ditulisnya bahwa perubahan dalam sistem tradisional tersebut mampu menyerap tuntutan,
tekanan dan pengaruh diluar sistemnya, untuk kemudian sepenuhnya diakomodir ke
dalam sistem politiknya, karena menurutnya tahapan dari masyarakat yang
menganut nilai-nilai tradisional ke nilai-nilai yang lebih maju, mengharuskan
adanya proses pergantian total nilai-nilai yang dianut. Sehingga tidak jarang
sistem kesukuan yang kuno akan terhenti perkembanganya. Dalam bab ini juga
Easton menjelaskan seperti pada bab sebelumnya, bahwa tidak pernah ada suatu
situasi sosial dimana terjadi pola-pola interaksi tidak mengalami perubahan
sama sekali, walaupun terkadang kita sering mengasumsikan sebuah sistem politik
terkadang mengalami stabilitas ketika berinteraksi dengan lingkunganya, tapi
menurut Easton stabilitas pada suatu sistem tidak berarti sistem politik
tersebut stagnan dalam proses
perubahanya, pendekatan stabilitas dalam sistem politik digunakan oleh sistem
tersebut supaya perubahan tidak terjadi, tapi dibawah keadaan-keadaan stabil
tersebut sebenarnya proses interaksi antara lingkungan dan suatu sistem terus
berlangsung. Easton juga menjelaskan perbedaan antara sistem stabil dengan
sistem tidak stabil. Sistem stabil menurutnya apabila proses perubahan tidak
terasa, sedangkan sistem tidak stabil bila sistem tersebut berubah dengan
sangat cepat sehingga para anggotanya menyadari sistem politiknya telah
mengalami perubahan.
Easton juga
menjelaskan bahwa ada keterkaitan antara sistem politik dengan sistem sosial
lainya, karena baginya setiap sistem sosial dan politik saling terangkai satu
dengan lainya, begitu juga dengan sistem politik ia tidak bisa berdiri sendiri
ketika melakukan interaksi sosialnya, ada berbagai macam sistem sosial yang
mempengaruhi sistem politik tersebut. Bentuk interaksi antara sistem sosial
menurut Easton berbentuk transaksi-transaksi atau pertukaran-pertukaran yang
mempunyai pengaruh timbal balik.
Sedangkan mekanisme
kerja sistem politik menurut Easton ada kaitanya dengan bentuk
transaksi-transaksi antara sistem sosial dengan sistem politik, dalam skema
gambarnya Easton menggambarkan bahwa sistem politik terbentuk dari input dan output.
Proses terbentuknya suatu input merupakan hasil dari interaksi antara
lingkungan intra dan ekstra sosialnya, interaksi tersebut merupakan respon
terhadap output yang dihasilkanya oleh sistem politik. Melalui tuntutan dan
dukungan sebuah rangkaian perubahan-perubahan dalam lingkungan akan disalurkan,
digambarkan dan diringkas. Respon yang diberikan berupa tuntutan dan dukungan. Dari
tuntutan dan dukungan tersebut kemudian diinternalisasi ke dalam sistem politik
untuk kemudian dihasilkan menjadi output yang baru, siklus ini akan terus
berputar kembali sepanjang sistem politik tersebut mampu bertahan dalam menjaga
kelangsungan hidupnya. Easton kemudian menjelaskan bahwa input menjadi salah
satu bagian terpenting dalam mekanisme atau cara kerja sistem politik, tanpa
input kita akan sulit menggambarkan bagaimana perilaku berbagai sektor
masyarakat mempengaruhi apa yang terjadi dalam sektor politik, input akan
menyediakan variabel ringkas yang menghimpun serta menunjukan hal-hal yang ada
di dalam lingkungan yang berkaitan dengan tekanan politik. Bagi Easton input
dianggap sebagai faktor internal atau eksternal bagi sistem politik, input
berada pada perbatasan, dan menjadi jembatan yang akan menghubungkan sistem
politik dengan semua sistem intra dan ekstra sosial lainya, dari persfektif
analisa Easton ini input mempunyai peran yang sangat penting dalam menjelaskan
mekanisme sistem politik, input menjadi pemberi masukan berupa tekanan atau
pengaruh yang akan berusaha mendorong perubahan pada sistem politik, supaya
sistem tersebut menjadi responsif pada perkembangan zaman disekitarnya. Dengan adanya
input berupa tekanan atau pengaruh akan menimbulkan perubahan pada sistem
politik, dalam menanggapi input tersebut sistem politik dapat punah atau
terserap oleh lingkunganya.
Dalam Bab VIII
Easton menjelaskan bahwa munculnya tekanan-tekanan dari anggota sistem politik,
ketika pihak yang berwenang dalam sistem politik tersebut tidak mampu
menghadapi atau memenuhi tututan dalam proporsi-proporsi tertentu, apalagi
tuntutan tersebut dirintangi dan dihalangi oleh para penyelenggara sistem, maka
pada tingkatan tertentu anggota sistem politik bisa meluapkan kekecewaan mereka
dengan aksi kekerasan dan separatis. Sehingga dukungan para anggota terhadap
sistem politik akan berkurang, bahkan akan muncul dukungan untuk merusak sistem
politik tersebut. Tapi menurut Easton tidak berarti semua tuntutan yang muncul
dari para anggotanya itu harus diakomodir oleh sistem politik, sebagian harus
tetap tidak dipenuhi, tergantung jumlah kuantitas dan kualitas dukungan anggota
terhadap kelangsungan sistem politik tersebut. Bila dukungan anggota terhadap
sistem politik itu masih besar maka sistem politik akan selektif menampung
tuntutan yang akan diproses menjadi output.
Menurut Easton
apabila kita ingin melacak kemunculan awal tuntutan dari para anggota sistem
politik, kita akan menemukan bahwa semua itu diawali oleh bentuk-bentuk
keinginan sosial, harapan, pilihan, pengharapan atau kehendak para anggota
sistem politik, tapi karena para penyelenggara kekuasaan tidak responsif dan
peka terhadap keinginan anggota sistem, lambat laun segala keinginan tersebut
menjelma menjadi berbagai tuntutan. Pesan-pesan tuntutan tersebut harus
mengalir sepanjang saluran-saluran yang formal menuju sistem, baik melalui
kata-kata, media massa, koresponden atau semacamnya. Pada zaman demokrasi
modern saat ini menurut Easton saluran-saluran tersebut bisa berbentuk
kelompok-kelompok kepentingan, partai politik, tokoh pemikir atau media massa. Para angota sistem politik yang mempunyai
akses pada saluran-saluran sistem tersebut kita menyebutnya sebagai pengendali struktural.
Seperti yang
sudah dijelaskan penulis diatas tadi bahwa Easton menerangkan bahwa tidak semua
tuntutan dapat diinternalisasi kedalam sistem politik untuk menjadi output,
karena sistem politik harus selektif dalam mempertimbangkan jumlah dukungan
para anggota pada sistem tersebut, maka menurut Easton pada setiap sistem yang
kita temui akan terdapat rintangan kebudayaan tertentu, sebuah upaya mendorong
pengendalian yang akan membantu menjaga sejumlah tuntutan agar tetap selalu
terkendali.
Dalam bab ini
juga Easton menjelaskan ada tiga bentuk penting
tanggapan terhadap dukungan. Pertama, pengaturan struktural terhadap
dukungan, suatu tanggapan yang memaksa sistem politik untuk mengubah
sasaran-sasaran dan strukturanya sebagai alat mempertahankan nilai-nilai
otoritatif, Kedua, dukungan yang menyebar, sistem politik yang berusaha
mempertahankan dukungan yang diperoleh, karena tidak ada sistem politik yang berlangsung
lama, maka untuk mempertahankan sistem politik supaya dapat bertahan lama,
sistem tersebut harus membangun dukungan dari anggotanya. Ketiga, Output
sebagai mekanisme regulatif, sistem politik berusaha menampung segala tuntutan
dari para anggotanya untuk kemudian menjadi output, sehingga sistem politik
berhasil mencerminkan kepuasaan yang dirasakan oleh para anggotanya. Kemudian
Easton dalam bukunya tersebut menjelaskan pengertian output dalam sistem
politik, output didefinisikan sebagai alur berbagai transaksi yang bergerak
dari sistem menuju lingkunganya, dalam pengertian ini output ditunjukan dalam
status sistem legal, keputusan-keputusan administratif, tindakan-tindakan, undang-undang
dan kebijakan-kebijakan dari pihak penguasa politik. Menurutnya output yang
dihasilkan oleh suatu sistem politik cenderung memenuhi tuntutan dari anggota
yang akan memberikan dukungan yang besar terhadap sistem politik, sehingga
memungkinkan sistem poltik tersebut akan bertahan lama. Sedangkan umpam balik
didefinisikan Easton sebagai kapasitas anggota dan lingkunganya untuk menanggapi dan bereaksi terhadap output yang dihasilkan oleh sistem politik,
sehingga mampu untuk mencoba merubah berbagai kondisi dimana ia berada. Easton
juga menjelaskan isi sebuah umpan balik, menurutnya umpan balik tersebut akan membawa
impikasi pada penguasa sistem politik, sang penguasa akan mengetahui sejauh
mana output yang dihasilkanya mempengaruhi penarikan dukungan para anggota
sistem politik tersebut, baik yang terpencar ataupun terpusat. Implikasi
berikutnya dengan adanya output yang dihasilkan dapat mengetahui derajat
dukungan para anggotanya atau derajat pemberontakan terhadap sistem politik.
Demikian review penulis terhadap buku Easton untuk Bab VI, VII dan VIII.
#Semoga Bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar