Jumat, 16 Maret 2012

Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik David Easton


 Menurut Easton sebagaimana teori sistem pada umumnya bahwa sistem politik tidak bisa steril dari pangaruh yang menggangu berjalannya sistem politik tersebut,  gangguan itu datangnya bisa dari dalam atau dari luar sistem politik. Dalam ketiga bab ini (VI, VII dan VIII) Easton menjelaskan bagaimana sebuah sistem politik bisa bertahan atau tidak bisa bertahan, ketika menghadapi pengaruh, gangunan dan tekanan, sehingga keberlangsungan alokasi nilai-nilai otoritatif dari sistem politik dapat terus berjalan atau berhenti sama sekali. Bagi Easton sumber tekanan yang mempengaruhi berkerjanya sebuah sistem politik tidak harus berupa tekanan-tekanan politik yang besifat dramatis seperti revolusi sosial, perang atau bencana alam, tapi terkadang sumber tekanan tersebut muncul dari kehidupan politik yang terjadi setiap hari yang bekerja secara konstan. Tekanan terhadap sistem politik akhirnya bisa menimbulkan berbagai ketegangan-ketegangan, dari adanya ketegangan yang muncul, sistem politik dituntut harus bisa bertahan dengan cara menyakinkan para anggotanya (masyarakat) untuk tetap terikat terdapat alokasi nilai-nilai otoritatif.
   Seperti yang sudah diterangkan diatas tentang adanya tekanan yang dapat mempengaruhi bekerjanya sistem politik, Easton menjelaskan bahwa tekanan itu bisa datang dari dua arah, yaitu tekanan yang datang  dari dalam dan tekanan yang datang dari luar sistem politik. Tekanan dari dalam ialah tekanan yang muncul dari adanya hubungan-hubungan yang saling kontradiktif antar anggota sistem politik, dengan adanya kontradiksi tersebut otomatis jalanya sistem politik bisa terganggu dan apabila dibiarkan berlarut-larut bisa mengancam stabilitas sistem politik yang sudah berjalan, menurut Easton dalam sistem politik yang sudah mapan, penyelesaian kontradiksi sudah diatur dalam mekanisme menajemen konflik, tapi apabila mekanisme tersebut tidak bisa mencari solusi dari pertentangan yang ada, kekerasan dengan alat pemaksa dari sistem politik tidak bisa dihindarkan, karena menurut Easton sistem politik mempunyai kekuasaan yang legal sebagai alat pemaksa untuk menjaga alokasi nilai otoritatif untuk para anggotanya. Biasanya di negara-negara otoriter dengan adanya alat pemaksa, dengan pemberian sanksi berupa kekerasan fisik, menjadi alat legalitas untuk menghentikan kontradiksi antara pihak posisi dengan pemerintah di dalam sistem politiknya, mekanisme pendekatan dialogis seperti yang dilakukan oleh negara-negara yang demokrasinya sudah maju cenderung tidak digunakan, pendekatan dengan kekerasan fisik menjadi pilihan untuk menjaga keberlangsungan sistem politik dinegaranya. Sedangkan tekanan dari luar menurut Easton merupakan pengaruh-pengaruh dari lingkunganya, sistem politik bisa mengalami kejatuhan secara keseluruhan, apabila anggota masyarakat tidak bisa menyelesaikan kemelut yang luar biasa dalam sistem politik.
  Menurut Easton pengaruh dari adanya tekanan terhadap sistem politik mengakibatkan sistem politik menjadi terbagi pada dua hal. Pertama, sistem politik tersebut telah berubah, tapi terus berlangsung dengan wajah yang lain dan Kedua, sistem politik tersebut lenyap sama sekali. Sistem politik telah berubah ialah sistem politik tersebut menunjukan keterlangsungan walupun telah mengalami perubahan, sedangkan yang kedua, sistem politik itu dikatakan lenyap sama sekali, apabila sistem politik tersebut telah hilang sama sekali serta alokasi nilai otoritatif tidak bisa ladi dihasilkan oleh sistem tersebut. Dengan adanya fenomena berubah dan lenyapnya sistem politik, akibat pengaruh serta tekanan (internal dan eksternal), Easton menyimpulakan bahwa sistem politik tidaklah mungkin dapat menghindari atau mengisolasi dari pengaruh dan tekanan dari dalam serta luar dirinya, walaupun ada beberapa sistem politik dalam jangka waktu tertentu mampu stabil dari berbagai pengaruh dan tekanan, tapi menurutnya dalam tingkat tertentu sistem politik tersebut tidak akan mampu menghindari dari kerusakan-kerusakan akibat perubahan-perubahan internal maupun eksternalnya. Intinya menurut Easton dalam sebuah sistem politik, jika sistem itu ingin terus berlanjut (hidup) maka ia harus bisa berubah dan beradaptasi dengan fluktuasi lingkunganya. Sebuah sistem politik tidak bisa terus berupaya menutup diri dan berusaha meminimalisir kontradiksi didalamnya apalagi jalan dengan kekerasan.
  Kemudian dalam Bab VI saat Easton membandingakan perubahan sistem politik antara Amerika dan Inggris, untuk mengilustrasikan bahwa sistem politik dimanapun pasti akan senantiasa mengalami perubahan, menurutnya perubahan sistem politik di Amerika dapat digambarkan sebagai sistem yang tetap tidak berubah selama beberapa tahun, karena sistem politik Amerika sudah ditata sedemikian rupa untuk dapat diproses selamanya, perubahan penting yang berlangsung di dalam sistem politik tersebut tidaklah bententangan dengan prinsip kontiyuitas. Menurut penulis sistem politik yang sudah ditata atau dirancang di Amerika menunjukan fleksibelitas dan akomodatifnya sistem politik tersebut, ketika merespon pengaruh dan perubahan sekecilapapun yang terjadi dilingkunganya, sehingga perubahan yang terjadi dalam sistem politik Amerika berlangsung tetap, karena sifat perubahan sistem politiknya tidak mengalami lompatan-lompatan ekstrem. Ini sangat berbeda dengan perubahan sistem di Inggris yang melewati tahapan-tahapan perubahanya secara radikal, sehingga bentuk asli sistem politik Inggris telah tergantikan dengan sistem politik baru yang berbeda sama sekali dengan sebelumnya. Tapi Easton tidak menyebutkan bahwa sistem politik Inggris telah lenyap seketika, baginya sistem politik Inggris masih bisa dimasukan ke dalam kategori berlangsung terus menerus, walaupun telah terjadi perubahan-perubahan besar, karena menurut Easton kita masih dapat melacak hubungan seperangkat sistem yang ada sebelumnya secara historis dan perubahan itu terjadi dalam rangka menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatya. Dengan dua ilustrasi perubahan sistem politik tersebut, Easton ingin menunjukan bahwa sistem politik pasti akan mengalami perubahan-perubahan karena pengaruh lingkunganya, walaupun sebuah sistem politik nampak stabil, perubahan dan adaptasi dari sistem politik karena adanya pengaruh serta tekanan lingkunganya menjadi keniscayaan sistem politik untuk terus menjaga kelangsungan hidupnya.
  Kemudian Easton menjelaskan bahwa selain mengikuti pengaruh serta tekanan supaya sistem politik bisa terus persistensi, sistem politik sebenarnya bisa juga melakukan perawatan diri dengan mengatur diri sendiri, mengacu pada usaha mempertahankan pola-pola hubungan antar anggota sistem politik, biasanya konsep pemeliharaan sistem politik sangat berkaitan dengan penciptaan stabilitas, tapi usaha perawatan diri sistem politik ini, menurut Easton dalam jangka waktu kedepan sistem tersebut akan menemukan kesulitan-kesulitan berat dalam menghadapi kehidupanya. Karena dalam sistem tradisional yang sangat tertutup sekalipun relasi dengan budaya luar merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari, sudah menjadi keniscayaan bahwa sebuah sistem akan bisa tetap eksis bila ia mampu menyerap perubahan yang terjadi baik di dalam dan di luar dirinya.
  Pada paragraf lain Easton dalam bukunya, menjelaskan suatu sistem akan dapat bertahan apabila para anggotanya mampu mengambil tindakan untuk mengatasi segala tekanan, karena hakikatnya, tekanan tersebut sangat membahayakan kelangsungan suatu sistem politik yanag akan mengakibatkan kerusakan total, apabila tekanan tersebut dibiarkan terus berlangsung, dalam teori sistem politik Easton menyebutkan perlu adanya pengaturan tekanan, sehingga sistem politik mempunyai kemampuan untuk bereaksi kembali secara konstruktif sehingga dapat menanggulangi ganguan-ganguan yang menimpanya.
  Dalam Bab VII Easton menjelaskan bahwa berbagai pengaruh serta tekanan yang mendekat pada suatu sistem politik baik itu yang berasal dari lingkungan dan di dalam sistem itu sendiri, akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sistem tersebut, semua perubahan sosial menurutnya terjadi karena adanya faktor internal serta eskternal yang berinteraksi denganya. Tapi yang menarik kemudian apa yang ditulisnya bahwa perubahan dalam sistem tradisional tersebut mampu menyerap tuntutan, tekanan dan pengaruh diluar sistemnya, untuk kemudian sepenuhnya diakomodir ke dalam sistem politiknya, karena menurutnya tahapan dari masyarakat yang menganut nilai-nilai tradisional ke nilai-nilai yang lebih maju, mengharuskan adanya proses pergantian total nilai-nilai yang dianut. Sehingga tidak jarang sistem kesukuan yang kuno akan terhenti perkembanganya. Dalam bab ini juga Easton menjelaskan seperti pada bab sebelumnya, bahwa tidak pernah ada suatu situasi sosial dimana terjadi pola-pola interaksi tidak mengalami perubahan sama sekali, walaupun terkadang kita sering mengasumsikan sebuah sistem politik terkadang mengalami stabilitas ketika berinteraksi dengan lingkunganya, tapi menurut Easton stabilitas pada suatu sistem tidak berarti sistem politik tersebut stagnan dalam proses perubahanya, pendekatan stabilitas dalam sistem politik digunakan oleh sistem tersebut supaya perubahan tidak terjadi, tapi dibawah keadaan-keadaan stabil tersebut sebenarnya proses interaksi antara lingkungan dan suatu sistem terus berlangsung. Easton juga menjelaskan perbedaan antara sistem stabil dengan sistem tidak stabil. Sistem stabil menurutnya apabila proses perubahan tidak terasa, sedangkan sistem tidak stabil bila sistem tersebut berubah dengan sangat cepat sehingga para anggotanya menyadari sistem politiknya telah mengalami perubahan.
  Easton juga menjelaskan bahwa ada keterkaitan antara sistem politik dengan sistem sosial lainya, karena baginya setiap sistem sosial dan politik saling terangkai satu dengan lainya, begitu juga dengan sistem politik ia tidak bisa berdiri sendiri ketika melakukan interaksi sosialnya, ada berbagai macam sistem sosial yang mempengaruhi sistem politik tersebut. Bentuk interaksi antara sistem sosial menurut Easton berbentuk transaksi-transaksi atau pertukaran-pertukaran yang mempunyai pengaruh timbal balik.
  Sedangkan mekanisme kerja sistem politik menurut Easton ada kaitanya dengan bentuk transaksi-transaksi antara sistem sosial dengan sistem politik, dalam skema gambarnya Easton menggambarkan bahwa sistem politik terbentuk dari input dan output. Proses terbentuknya suatu input merupakan hasil dari interaksi antara lingkungan intra dan ekstra sosialnya, interaksi tersebut merupakan respon terhadap output yang dihasilkanya oleh sistem politik. Melalui tuntutan dan dukungan sebuah rangkaian perubahan-perubahan dalam lingkungan akan disalurkan, digambarkan dan diringkas. Respon yang diberikan berupa tuntutan dan dukungan. Dari tuntutan dan dukungan tersebut kemudian diinternalisasi ke dalam sistem politik untuk kemudian dihasilkan menjadi output yang baru, siklus ini akan terus berputar kembali sepanjang sistem politik tersebut mampu bertahan dalam menjaga kelangsungan hidupnya. Easton kemudian menjelaskan bahwa input menjadi salah satu bagian terpenting dalam mekanisme atau cara kerja sistem politik, tanpa input kita akan sulit menggambarkan bagaimana perilaku berbagai sektor masyarakat mempengaruhi apa yang terjadi dalam sektor politik, input akan menyediakan variabel ringkas yang menghimpun serta menunjukan hal-hal yang ada di dalam lingkungan yang berkaitan dengan tekanan politik. Bagi Easton input dianggap sebagai faktor internal atau eksternal bagi sistem politik, input berada pada perbatasan, dan menjadi jembatan yang akan menghubungkan sistem politik dengan semua sistem intra dan ekstra sosial lainya, dari persfektif analisa Easton ini input mempunyai peran yang sangat penting dalam menjelaskan mekanisme sistem politik, input menjadi pemberi masukan berupa tekanan atau pengaruh yang akan berusaha mendorong perubahan pada sistem politik, supaya sistem tersebut menjadi responsif pada perkembangan zaman disekitarnya. Dengan adanya input berupa tekanan atau pengaruh akan menimbulkan perubahan pada sistem politik, dalam menanggapi input tersebut sistem politik dapat punah atau terserap oleh lingkunganya.
  Dalam Bab VIII Easton menjelaskan bahwa munculnya tekanan-tekanan dari anggota sistem politik, ketika pihak yang berwenang dalam sistem politik tersebut tidak mampu menghadapi atau memenuhi tututan dalam proporsi-proporsi tertentu, apalagi tuntutan tersebut dirintangi dan dihalangi oleh para penyelenggara sistem, maka pada tingkatan tertentu anggota sistem politik bisa meluapkan kekecewaan mereka dengan aksi kekerasan dan separatis. Sehingga dukungan para anggota terhadap sistem politik akan berkurang, bahkan akan muncul dukungan untuk merusak sistem politik tersebut. Tapi menurut Easton tidak berarti semua tuntutan yang muncul dari para anggotanya itu harus diakomodir oleh sistem politik, sebagian harus tetap tidak dipenuhi, tergantung jumlah kuantitas dan kualitas dukungan anggota terhadap kelangsungan sistem politik tersebut. Bila dukungan anggota terhadap sistem politik itu masih besar maka sistem politik akan selektif menampung tuntutan yang akan diproses menjadi output.
  Menurut Easton apabila kita ingin melacak kemunculan awal tuntutan dari para anggota sistem politik, kita akan menemukan bahwa semua itu diawali oleh bentuk-bentuk keinginan sosial, harapan, pilihan, pengharapan atau kehendak para anggota sistem politik, tapi karena para penyelenggara kekuasaan tidak responsif dan peka terhadap keinginan anggota sistem, lambat laun segala keinginan tersebut menjelma menjadi berbagai tuntutan. Pesan-pesan tuntutan tersebut harus mengalir sepanjang saluran-saluran yang formal menuju sistem, baik melalui kata-kata, media massa, koresponden atau semacamnya. Pada zaman demokrasi modern saat ini menurut Easton saluran-saluran tersebut bisa berbentuk kelompok-kelompok kepentingan, partai politik, tokoh pemikir atau media massa.  Para angota sistem politik yang mempunyai akses pada saluran-saluran sistem tersebut kita menyebutnya sebagai pengendali struktural. 
  Seperti yang sudah dijelaskan penulis diatas tadi bahwa Easton menerangkan bahwa tidak semua tuntutan dapat diinternalisasi kedalam sistem politik untuk menjadi output, karena sistem politik harus selektif dalam mempertimbangkan jumlah dukungan para anggota pada sistem tersebut, maka menurut Easton pada setiap sistem yang kita temui akan terdapat rintangan kebudayaan tertentu, sebuah upaya mendorong pengendalian yang akan membantu menjaga sejumlah tuntutan agar tetap selalu terkendali.
  Dalam bab ini juga Easton menjelaskan ada tiga bentuk penting  tanggapan terhadap dukungan. Pertama, pengaturan struktural terhadap dukungan, suatu tanggapan yang memaksa sistem politik untuk mengubah sasaran-sasaran dan strukturanya sebagai alat mempertahankan nilai-nilai otoritatif, Kedua, dukungan yang menyebar, sistem politik yang berusaha mempertahankan dukungan yang diperoleh, karena tidak ada sistem politik yang berlangsung lama, maka untuk mempertahankan sistem politik supaya dapat bertahan lama, sistem tersebut harus membangun dukungan dari anggotanya. Ketiga, Output sebagai mekanisme regulatif, sistem politik berusaha menampung segala tuntutan dari para anggotanya untuk kemudian menjadi output, sehingga sistem politik berhasil mencerminkan kepuasaan yang dirasakan oleh para anggotanya. Kemudian Easton dalam bukunya tersebut menjelaskan pengertian output dalam sistem politik, output didefinisikan sebagai alur berbagai transaksi yang bergerak dari sistem menuju lingkunganya, dalam pengertian ini output ditunjukan dalam status sistem legal, keputusan-keputusan administratif, tindakan-tindakan, undang-undang dan kebijakan-kebijakan dari pihak penguasa politik. Menurutnya output yang dihasilkan oleh suatu sistem politik cenderung memenuhi tuntutan dari anggota yang akan memberikan dukungan yang besar terhadap sistem politik, sehingga memungkinkan sistem poltik tersebut akan bertahan lama. Sedangkan umpam balik didefinisikan Easton sebagai kapasitas anggota dan lingkunganya untuk menanggapi dan bereaksi terhadap output yang dihasilkan oleh sistem politik, sehingga mampu untuk mencoba merubah berbagai kondisi dimana ia berada. Easton juga menjelaskan isi sebuah umpan balik, menurutnya umpan balik tersebut akan membawa impikasi pada penguasa sistem politik, sang penguasa akan mengetahui sejauh mana output yang dihasilkanya mempengaruhi penarikan dukungan para anggota sistem politik tersebut, baik yang terpencar ataupun terpusat. Implikasi berikutnya dengan adanya output yang dihasilkan dapat mengetahui derajat dukungan para anggotanya atau derajat pemberontakan terhadap sistem politik. Demikian review penulis terhadap buku Easton untuk Bab VI, VII dan VIII. 

#Semoga Bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar